...

DISEMINASI PROGRAM BRIDGE INDONESIA-AUSTRALIA BAGI GTK MADRASAH MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan diseminasi Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), teacher well-being dan sistem pendidikan di Australia pada Kamis (26/9/2024). Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program Pre Departure Training (PDT) Bridge Indonesia-Australia 2024 yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan implementasi GEDSI di lingkungan pendidikan. Acara ini diikuti oleh guru dan tenaga kependidikan (GTK) Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, dengan narasumber yaitu Elpin Eliana, M.Pd., dan Dwi Setiyawan, M.Pd.

Kegiatan yang berlangsung di Aula Prof. Siti Baroroh Baried Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta ini terdapat dua materi yang disampaikan, yakni edukasi tentang pendidikan di Australia dan pemahaman GEDSI di lingkungan madrasah. Pemateri pertama, Dwi Setiyawan, M.Pd. menjelaskan tentang keadaan pendidikan di Australia. Menurutnya, pendidikan di Australia tidak jauh berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia. Terdapat kurikulum yang hampir serupa, yakni adanya tambahan mata pelajaran muatan lokal atau kekhasan.

“Pendidikan di Australia hampir sama seperti yang ada di Indonesia, ada sekolah dasar atau primary, ada secondary school dan perguruan tinggi. Kurikulum nasional dari Australia boleh menambahkan mata pelajaran lokal. Di Australia hanya ada 7 bidang, sedangkan di Indonesia ada 10 bidang. Jenis sekolah di Australia ada 3, yaitu sekolah pemerintah, swasta dan katolik”, jelas Dwi Setiyawan.

Satu pemateri lainnya, Elpin Eliana menuturkan bahwa jika bicara tentang gender adalah berbicara tentang peranan. Perlu diluruskan juga pandangan-pandangan yang tidak sesuai. Kesempatan juga harus sama didapatkan baik di antara laki-laki dan perempuan. Termasuk peserta didik juga harus mendapat kesempatan yang sama, terkhusus dalam hal pembelajaran. Perihal kesetaraan, maka yang diusung adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan variatif menjadi hal yang sama dengan yang lain dalam mendapatkan kesempatan.

“Mu’allimaat sudah melakukan inklusi pembelajaran. Peserta didik dengan perbedaan cara belajar maka memfasilitasi anak-anak dalam proses pembelajaran. Inklusi sosial juga turut dijembatani oleh madrasah. Relevansi yang dilakukan adalah dengan kesejahteraan guru, dengan cara meningkatkan empati. Untuk menjadi guru yang sejahtera bisa dijembatani dengan keseimbangan job demand dan job resources serta manajemen stress karena guru yang sejahtera akan mencetak peserta didik yang sejahtera”, ujar Elpin Eliana.

Dengan adanya kegiatan diseminasi ini, diharapkan seluruh tenaga pendidikan dan kependidikan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dapat semakin memperkuat komitmen dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang adil dan inklusif, sesuai dengan prinsip-prinsip GEDSI. Program ini menjadi langkah nyata dalam mendukung tercapainya pendidikan yang lebih ramah bagi semua kalangan, khususnya di lingkungan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. (LTA)

-- ---- --

Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta

Kontak Lengkap :

  • Imastuti Tricahyani, S.Pd., M.A. : 0823 2883 2011
  • Budi Waskitho, S.Pd.                 : 0821 3358 1616

Menu Navigasi :

Fasilitas :
Develop by © ICT CENTER Madrasah Mu`allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
Copyright © 2024